Rabu, 20 Mei 2015

BAHAGIAKAH KITA MEMBICARAKAN KELEMAHAN PASANGAN KITA ?

Di suatu tempat,….aku bertemu dengan seorang teman. Tanpa sengaja aku mendengar beberapa ibu sedang asyik berbicara, sehingga pada suatu persoalan yang menarik perhatianku. Yaitu bicara tentang keluarga terutama pasangan hidupnya.
Bisa jadi apa yang mereka lakukan itu menjadi hal yang jamak dan umum bagi kita, khususnya ibu- ibu. Tanpa sengaja timbul pertanyaan dalam hatiku:” Apakah pasanganku melakukan hal yang sama? Membicarakan kelemahan dan ketidaksempurnaanku? Insyaallah tidak, semoga. Amin”.
Disadari atau tidak, kita telah menetukan pasangan hidup kita atas izin Tuhan. Kita telah memilihnya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita ketahui atau tidak.
Disadari atau tidak kita tidak menikah dengan orang yang sempurna berdasarkan imajinasi kita, dan…..apakah kita sudah menjadi sempurna menurut pasangan kita?
Pasangan kita adalah Pakaian kita(Qs. Albaqarah 2. Ayat 187), ketika membicarakan kekuranganya dengan orang lain. Tidakkah seperti kita membuka pakaian kita untuk telanjang dihadapan orang lain? Tidakkah malu ? kecuali kita memang kita anggota FEMEN. Itu sih pada senang lihatnya.
Yang lebih ironis, karena mungkin kita sedang marah kita mengumpat dan mengucapkan kata kata yang tidak pantas untuk pasangan kita. Yang mungkin kalau kata itu diucapkan orang lain terhadap pasangan kita, rasa marah itu muncul.
BAHAGIAKAH KITA SETELAH SEMUA ORANG TAHU KELEMAHAN PASANGAN KITA MENURUT KITA? PADAHAL KITAPUN BUKAN ORANG YANG SEMPURNA.
Kita bisa menulis 1 000 kalimat untuk menulis kekesalan, kejelekan pasangan kita. Tapi seorang suami sering bilang:”Tak ada yang perlu ditulis, karena aku tak melihat sesuatu yang perlu ditulis”.
Sebagai Penutup, mari kita ingat hadist Rosullah.
“Seluruh Ummatku akan diampuni dosa – dosa kecuali orang – orang yang terang – terangan (berbuat dosa). Di antara orang – orang yang terang – terangan berbuat dosa adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. Ia berkata, “Wahai Fulan semalam aku berbuat ini dan itu.” Sebenarnya pada waktu malam Tuhannya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi justru pagi harinya ia membuka aibnya sendiri yang telah ditutupi Allah” (Muttafaq’alaih HR: Bukhari dan Muslim)
Semoga Menjadi Ibrah bagi diriku dan orang lain.

Pati, 13 Maret 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEMOGA BERMANFAAT DAN MOHON SARAN UNTUK PERBAIKAN