Ketika kepindahannku di semarangpada tahun 2006, menjadi awal bagiku. Awal sebuah kehidupan yang bener bener baru. Aku harus sekolah dan belajar mengurusi diri sendiri, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai belajar untuk cari makan di warung, tidak adalagi hidangan di meja sederhana dengan lauk sederhana yang biasa aku makan kalau sudah pulang.
Sekarang harus menerima kenyataan untuk antri berdesakan saat lapar untuk menerima giliran, atau menunggu giliran untuk mencuci baju karena semua ember penuh digunakan teman teman sesama anak indekos, di Jl Gergaji I 1157 Rumahnya Bapak Gozali.
Sebuah keadaan yang awalnya susah untuk aku menyesuaikannya, selain ini juga sebuah pilihan dari bapakku yang mesti aku jalani. Keluar dari kesepakatan kami. Namun ……………….hidup aku terus berjalan, pikirku.
Tempat baru, orang – orang baru. Dari semua jenis manusia yang di luar bayanganku. Dari segala usia, semua profesi.Ada mahasiswa, Polisi, seniman, Dosen, dll. Belum induk semang yang menambah warna hidup saat itu jadi bener bener full coluor.
Kebutuhan………dan biaya. Menjadi sepasang sejoli terbang indah dipikiranku. Aku merasa begitu kecil…karena aku memang masih anak kecil, tapi…..belajar menjadi dewasa…aku harus. Di depan mataku ada catatan kecil bulan ini, tagihan kos, biaya makan harian, surat tagihan dari sekolah, dan…tagihan sumbangan untuk biaya kegiatan .
Corat coret….hm… lumayan besar juga, ada dilema. Tapi… bagaimana?
Masih segar teringat ketika aku pulang, ada slip gaji di buffet. Gaji pegawai negeri yang kecil…..dengan jumlah potongan yang berderet. Dan nominal yang tertinggal dan ini lebih kecil dari hasil coretan yang harus terbayar pada bulan ini. Ya….Rabbi.
Pilihanku ga ada lagi, aku harus bilang kepada mereka. Mengatakan apa yang ada , bahwa aku butuh uang untuk menutup kebutuhan bulan itu. Untuk membayangkan keadaan mereka, Bagaimana mereka harus makan, membayar sekolah adikku. Ibuku juga harus banyak konsumsi ibuku yang sedang hamil.
Begilah nasib keluarga pegawai negeri rendahan, Bapakku seorang yang keras. Kadang dalam bertutur kata dengan nada agak tinggi, namun satu hal yang pasti. Hati beliau sehalus kapas dan kasih sayangnya selembut benang sutra.
“INYSAALLAH BESUK YA, UANG SEKOLAHMU ADA” Sebuah jawaban yang membuat dadakku sesak, aku….gembira, aku….harus menelan kesedihanku dalam. Aku tahu….tak ada buku tabungan yang dapat diambil uangnya, jangankan menabung….untuk makan sehari sehari-hari adalah berkah yang luar biasa.
Dimana Bapakku akan memenuhi kebutuhannya?........
Bapakku hanya bilang “ GustiAllah Kesugihan Kur Nggo nyukupi Butuhe dewe” ( Allah Terlalu Kaya untukmencukupi Kebutuhan Kita)”.
(Kudus, Catatan Ajaran untuk diwariskan dalam TRAH SUWARDJO).
Draft buku " AKU DAN BAPAKKU"
Sebuah keadaan yang awalnya susah untuk aku menyesuaikannya, selain ini juga sebuah pilihan dari bapakku yang mesti aku jalani. Keluar dari kesepakatan kami. Namun ……………….hidup aku terus berjalan, pikirku.
Tempat baru, orang – orang baru. Dari semua jenis manusia yang di luar bayanganku. Dari segala usia, semua profesi.Ada mahasiswa, Polisi, seniman, Dosen, dll. Belum induk semang yang menambah warna hidup saat itu jadi bener bener full coluor.
Kebutuhan………dan biaya. Menjadi sepasang sejoli terbang indah dipikiranku. Aku merasa begitu kecil…karena aku memang masih anak kecil, tapi…..belajar menjadi dewasa…aku harus. Di depan mataku ada catatan kecil bulan ini, tagihan kos, biaya makan harian, surat tagihan dari sekolah, dan…tagihan sumbangan untuk biaya kegiatan .
Corat coret….hm… lumayan besar juga, ada dilema. Tapi… bagaimana?
Masih segar teringat ketika aku pulang, ada slip gaji di buffet. Gaji pegawai negeri yang kecil…..dengan jumlah potongan yang berderet. Dan nominal yang tertinggal dan ini lebih kecil dari hasil coretan yang harus terbayar pada bulan ini. Ya….Rabbi.
Pilihanku ga ada lagi, aku harus bilang kepada mereka. Mengatakan apa yang ada , bahwa aku butuh uang untuk menutup kebutuhan bulan itu. Untuk membayangkan keadaan mereka, Bagaimana mereka harus makan, membayar sekolah adikku. Ibuku juga harus banyak konsumsi ibuku yang sedang hamil.
Begilah nasib keluarga pegawai negeri rendahan, Bapakku seorang yang keras. Kadang dalam bertutur kata dengan nada agak tinggi, namun satu hal yang pasti. Hati beliau sehalus kapas dan kasih sayangnya selembut benang sutra.
“INYSAALLAH BESUK YA, UANG SEKOLAHMU ADA” Sebuah jawaban yang membuat dadakku sesak, aku….gembira, aku….harus menelan kesedihanku dalam. Aku tahu….tak ada buku tabungan yang dapat diambil uangnya, jangankan menabung….untuk makan sehari sehari-hari adalah berkah yang luar biasa.
Dimana Bapakku akan memenuhi kebutuhannya?........
Bapakku hanya bilang “ GustiAllah Kesugihan Kur Nggo nyukupi Butuhe dewe” ( Allah Terlalu Kaya untukmencukupi Kebutuhan Kita)”.
(Kudus, Catatan Ajaran untuk diwariskan dalam TRAH SUWARDJO).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
SEMOGA BERMANFAAT DAN MOHON SARAN UNTUK PERBAIKAN